Memanusiakan Manusia

Semakin dewasa kita akan semakin banyak hal-hal di dunia ini yang nggak kita sukai, terutama manusianya. Perbuatan, tingkah laku, perkataan, sifat, bahkan cara pandang manusia lain terhadap kita kadang kurang menyenangkan. Sebagai manusia biasa tentu kita nggak bisa mengontrol semuanya agar seperti yang kita mau. Kita punya dua mata yang bisa kita tutup untuk tidak melihat hal-hal yang tidak diinginkan. Kita juga punya dua tangan yang bisa kita gunakan untuk menutup telinga kita agar tidak mendengar perkataan orang lain yang tidak ingin kita dengar. Namun sampai kapan, kita terus menutup mata dan telinga atas hal-hal yang tidak kita sukai? karena seumur hidup itu lama, kita tidak bisa terus-menerus berpura-pura bisu dan tuli. Karena rasa sabar, perasaan ingin mengalah itu ada batasnya. 

Sampai kapanpun, orang-orang jahat tidak akan menghindar dari hidup kita. Yang ada adalah kita yang harus mulai mengubah paradigma, untuk jangan menjadi manusia yang bodoh. Pendidikan tidak menjadikan kita kaya dan mentereng dalam waktu singkat, tapi pendidikan bisa membawa kita untuk mengolah pola pikir menjadi lebih baik. Pendidikan bukan seputar sekolah SD, SMP, SMA, ataupun Sarjana, Magister, Doktor, dll, tapi juga pengalaman hidup. 

Jangan sampai kita menjadi manusia yang banyak bicara, namun tak ada kualitasnya. Saat kita tidak menyukai orang lain mengatakan yang tidak-tidak terhadap kita, ya kita juga jangan berbuat seperti itu. Bicaralah dengan bijak dengan rumus:

Motivasilah dirimu, tanpa menjatuhkan orang lain disekitarmu

Banggakan pencapaianmu, tanpa merendahkan orang lain disekitarmu

Suarakan rasa sakitmu, tanpa menilai dirimulah yang paling sakit. Sebab beban hidup manusia itu berbeda-beda

Tapi jangan terlalu senang atas kebahagiaanmu saat ini, karena bisa jadi itu akan cepat pergi. Kita tidak tahu doa mana yang sedang Tuhan dengar dan kabulkan, entah itu doa kita sendiri atau doa orang lain yang ditujukan untuk kita. Dalam hidup kita sendiri, tentu kita bukan antagonis. Tapi dalam hidup lain, bisa jadi kita adalah antagonis yang sesungguhnya. Jadi hati-hati dalam berbuat dan berkata, sebab kita tidak tahu hati mana yang akan terluka atas perkataan yang kita ucapkan. 

Waktu kita kecil, kita menyukai banyak hal. Tapi ketika dewasa, belum tentu kita akan menyukai hal yang sama. Cara pandang, selera, bahkan keadaan hati kita pun berbeda. Wajar jika semakin kita dewasa, kita malah makin membenci banyak hal. Mulai dari hal sederhana sampai hal besar. Keluar dari lingkaran toxic itu sebuah pencapaian, tapi berusaha untuk menjadi manusia yang tidak toxic ini baru luar biasa. Karena kita telah berhasil menjadi manusia yang bisa memanusiakan manusia lain dengan tidak merusak mentalnya melalui perbuatan dan perkataan. 


See you 💕

Komentar

Postingan Populer