R U M A H

Waktu masih SD, kalau ditanya tentang "rumah itu apasih?" jawabannya, pasti bangunan untuk tempat tinggal. Tapi setelah dewasa, ternyata definisi rumah tidak sesederhana itu lagi. Rumah bukan hanya tempat untuk tinggal, melainkan dimana rasa aman, hangat, dan penuh kasih sayang ada didalamnya. Rumah adalah tempat untuk pulang yang paling nyaman, namun lagi-lagi aku keliru. Rumah yang aku tinggali, jauh dari kata aman dan nyaman. Aku bahkan selalu merasa gelisah dan terancam, padahal ini rumah yang aku tinggali sejak kecil. Tahu kenapa? karena didalam rumah ini tidak tercipta kehangatan. Kaku, egois, represif, sangat melekat dengan hawa didalam rumah ini. Rumah ini tidaklah hangat, melainkan terlampau panas sampai rasanya aku mendidih. 

Kata orang kehidupan diluar sana itu kejam dan jahat, tapi menurutku hidup dirumah ini tak kalah kejamnya. Mana ada rumah yang didalamnya hanya berisi manusia-manusia kaku, egois, dan represif. Di rumah ini mentalku dihajar habis-habisan, dijatuhkan, dihina, diremehkan oleh orang tuaku sendiri terutama ayah. Orang bilang, cinta pertama anak perempuan itu ayahnya. Aku sepakat, tapi ayah juga sekaligus patah hati pertamaku. Sudah sangat lama bahkan mungkin aku tidak pernah mendapatkannya, figur seorang ayah yang penyayang dan lembut hatinya. Aku justru mendapatkan figur ayah yang kaku, egois, dan represif. Aku selalu dihukum atas kesalahan kecil, aku selalu dicaci dan dihina untuk setiap masalah yang ada. Mentalku dihancurkan oleh tajamnya lidah, fisikku dilukai dengan tangannya. Benarkah ini yang dinamakan ayah adalah cinta pertama anak perempuannya? aku rasa tidak. Mungkin hanya berlaku untuk anak perempuan yang beruntung mendapatkan figur ayah yang luar biasa. Tidak dengan aku, yang tidak seberuntung itu. But, it's okay. I'm fine! 


🥀❤

Komentar

Postingan Populer