Kisah Anak Perempuan (2)
Hai,
Biar aku ceritakan, ini kisah seorang anak perempuan yang hidupnya tidak mudah dijalani, tidak mudah dilalui, tapi ia bisa bertahan sejauh ini. Orang bilang harta yang paling berharga itu keluarga. Tapi bagaimana jika keluarga adalah luka terbesar yang pernah ada dalam hidup kita. Ibarat kata, keluarga adalah ujung tombak kehidupan seorang anak, terutama anak perempuan. Tanpa keluarga ia hanya akan hidup sebatangkara.
Menjadi seorang anak perempuan yang tumbuh dan hidup diantara ribuan kesakitan itu adalah kenyataan yang paling menyakitkan. Inilah kisah seorang anak perempuan yang hidupnya tidak pernah tenang. Ia pribadi yang sangat tertutup dan hanya mampu berteman dan bercerita dengan tulisannya. Baginya hidup di dunia tanpa seorang yang mengenalnya itu jauh lebih baik, jika dibandingkan ia hidup di dunia tapi dikelilingi dengan semua kepalsuan. Kenapa palsu? karena setiap orang dimuka bumi mereka bersandiwara. Mereka bermain peran dengan kehidupannya masing-masing. Sisi egois dari setiap manusia, ingin selalu merasa benar dan ialah yang paling tersakiti.
Anak perempuan itu bisa dibilang hidupnya adalah beban. Kenapa? karena selama hidupnya ia hanya bisa bergantung pada ayah dan kelak suaminya. Perempuan berbeda dengan laki-laki yang memiliki kehidupannya sendiri. Mereka bebas memilih mau kemana, mau berbuat apa, mereka bebas karena hidupnya bukan beban. Sedangkan anak perempuan sejahat-jahanya seorang ayah, hidupnya akan selalu terikat. Lalu bagaimana jika seorang anak perempuan itu tidak bisa merasakan dengan utuh figur ayah dengan sebagaimana mestinya. Ia akan tumbuh menjadi seorang anak perempuan yang keras tapi tangguh. Bukan tanggung sebagai relawan perang, tapi tangguh untuk berperang dengan keadaan. Ia akan selalu berusaha untuk melindungi dirinya sendiri.
Ada seorang anak perempuan yang selama hidupnya menjauh dari orang-orang terdekatnya. Kenapa? jangan tanya alasannya apa. Karena tidak akan pernah ada jawabannya, hanya sakit, sakit, dan sakit. Suara seorang anak perempuan itu ada dihatinya, sekalipun mulutnya bungkam hatinya sudah menjerit kesakitan. Menjadi seorang anak perempuan itu nggak mudah. Sayapnya ada pada kedua orang tua dan kelak yang menjadi pasangan hidupnya. Jika sedari awal sayapnya sudah tidak utuh bagaimana bisa seorang anak perempuan itu akan terbang?
Cacat, itulah kondisi anak perempuan ketika dirinya tak bisa merasakan apa namanya kasih sayang. Senakal-nakalnya anak perempuan, pembangkang, ketika mereka lahir mereka adalah makhluk paling lembut. Tapi sayang kelembutan itu perlahan mengeras. Kenapa? karena mereka tidak diperlakukan dengan baik. Anak perempuan akan beruntung jika ia diratukan oleh ayahnya semasa kecil, dan akan lebih beruntuk jika diratukan juga oleh pasangannya. Tapi sayang tidak semua anak perempuan akan seberuntung itu. Banyak anak perempuan yang kurang beruntung. Mereka dicap sebagai beban dan dipelakukan buruk, seburuk-buruknya anak perempuan. Miris ya, padahal setiap anak entah lelaki atau perempuan ia tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Tapi ketika kita semua lahir kebanyakan diperlakukan dengan buruk.
Kita memang nggak bisa mengubah hidup kita sekarang. Tapi kita bisa membuat proposal untuk diri kita sendiri kedepannya. Catat dan ingat apa yang terburuk dalam hidup kita, revisi kemudian perbaiki. Pastikan tidak ada yang terulang lagi. So, anak perempuan yang hidupnya berat. Anak perempuan yang cerita hidupnya berantakan. Suatu saat kalian akan menjadi seorang ibu, jangan balaskan apa yang kalian rasakan pada darah yang selanjutnya. Putus rantai itu, ciptakan lebih banyak pelangi yang baru.
See You 💓
@indahsaf17
Komentar
Posting Komentar