Hambar
Entah mengapa semuanya terasa semakin hambar. Hal-hal yang dulu terasa manis kini kian memudar bahkan hal-hal yang dulunya pahit semakin tidak dapat dirasakan. Entah apa yang sebenarnya tengah terjadi pada hidupku. Mengapa semuanya semakin terasa sulit. Aku tidak tahu Tuhan. Sebenarnya apa yang tengah engkau mainkan dalam hidupku. Skenario seperti apa yang tengah engkau tulis untukku. Dalam setiap hari yang berganti, aku semakin tidak mengerti kemana langkah ini akan berlari dan bagaimana aku bisa menghadapi semuanya. Aku masih mendengar apa yang mereka ucapkan dan aku masih melihat apa yang mereka lakukan. Namun entah mengapa hatiku sudah tidak ingin tergerak. Seakan semuanya sudah mati bersama dengan seluruh perasaanku. Aku hanya merasa lebih aman jika sendiri. Aku tidak perlu menghadapi siapapun, tidak menyakiti siapapun, dan tidak menerima kesakitan apapun dari mereka. Tuhan aku sangat lelah. Aku selalu terperangkap dalam keadaan ini. Ada ego yang tidak pernah dapat terpecahkan dalam diriku dan juga dalam diri mereka. Dalam kehidupan ini kita hanya terkesan saling menyakiti. Aku tidak membicarakan orang lain Tuhan, tapi mereka keluargaku teman hidupku. Meskipun demikian kami saling memiliki perasaan masing-masing. Tidak pernah ada kata cinta dan tidak pernah ada kata benci. Hanya perbuatan yang saling bicara, menunjukkan bagaimana perilaku mereka. Aku merasakan sakit karna mereka, dan mereka merasakan sakit karenaku. Tuhan aku nggak minta jalan hidupku diubah karna aku percaya ada bahagia setelah semua kesulitan ini. Aku hanya ingin bilang, aku menghadapi semuanya sendirian, aku nggak punya mereka yang akan memeluk saat aku sedih, tidak ada juga mereka yang akan membimbingku disaat aku membutuhkan jalan keluar. Hanya engkau dan jemariku yang bisa bicara, karena mulutku selalu terkunci aku nggak bisa mengungkapkan perasaanku sendiri sekalipun aku selalu mencobanya. Tuhan, aku selalu ketakutan atas semua hal tiba dihidupku. Aku nggak punya tempat bertumbu selain engkau. Bahkan untuk sekedar menyaksikan matahari terbit kembali aja aku nggak mau. Karna nggak akan ada yang berubah, hidupku nggak berhenti saat aku merasa bahagia. Lalu ketika aku meminta dunia berhenti juga detik ini, itupun nggak akan terjadi. Aku seperti sedang menjalani sisa kehidupan yang bahkan belum aku mulai. Aku sudah kehilangan kaki untuk bertumpu dan kepercayaan. Banyak kecewa yang telah aku telan mentah-mentah hingga kini mampu menutupi semua perasaanku. Aku nggak bisa lagi mengecap apa itu manis dan apa itu pahit, Semuanyaa terasa sama. Ketika aku bahagia aku selalu khawatir kesedihan seperti apa yang akan datang setelahnya. Ketika aku merasa sedih, aku khawatir bahagia seperti apa yang kelak akan aku dapat. Yang jelas tidak akan lebih banyak dari rasa pahit yang aku terima.
Komentar
Posting Komentar