Mental Gap
Seharusnya bukan 'anak' yang selalu dipersalahkan atas perubahan sikapnya. Tapi juga 'orang tua' yang harus menyadari kesalahannya. Mental 'anak' tidak serta merta berubah begitu saja. Akan tetapi ada sebab tertentu yang menjadikan 'anak' cenderung tertutup dan tidak mau terbuka ke siapa pun termasuk orang tuanya. Perubahan sikap 'anak' yang di pandang tidak sesuai oleh orang tua. Menjadikan mereka dihakimi. Padahal mau bagaimana seorang 'anak' bersikap pada orang tua dan lingkungannya bergantung pada kenyamanan dimana ia tinggal dan hidup. Jika 'anak' membantah atau melawan itu artinya ia sedang berada di posisi yang terancam. Posisi itu menjadikan timbulnya perasaan untuk melindungi dirinya sendiri. Ia akan selalu siap dan siaga pada orang-orang yang mengancam keselamatannya termasuk orang tuanya sendiri. Lantas ketika 'anak' berada di posisi tersebut apakah mudah baginya untuk selalu bersikap baik, ramah, dan sopan..?? Itu sangat sulit. Oleh karena itu jangan selalu menyalahkan 'anak' atas perilakunya. Bisa jadi ia akan berlaku baik pada orang lain tapi pada orang tuanya sendiri tidak. Semua berakar pada pola lingkungan, interaksi yang baik akan menentukan komunikasi yang baik. Memang sulit untuk melepaskan 'anak' dari jerat kewaspadaannya. Akan tetapi mental 'anak' itu seperti air, ia akan berubah di lingkungan mana ia ditempatkan. So, stop untuk menjustifikasi 'anak' harus berperilaku seperti ini dan itu. Karena sesungguhnya menyehatkan mental 'anak' itu jauh lebih penting daripada menata mereka agar sesuai dengan keinginan kita. Sekali lagi 'mental' adalah satu-satunya kekuatan bagi 'anak' untuk dapat bertahan hidup.
Komentar
Posting Komentar