Hai, Januari ya?
Udah januari lagi ya? Cepet ya, sampai aku nggak sadar kalau udah banyak waktu yang telah berhasil aku lewati. Walaupun tidak mudah, tapi aku bisa.
Lagi-lagi, aku bertemu januari - again and again. Entah apa spesialnya bulan ini, entah apa yang menarik. But, januari selalu menjadi awal dari sebuah rasa sakit, bahagia, luka, canda dan tawa yang selalu datang bergantian.
Ini januari, sama seperti bulan lain. Tapi januari selalu memiliki tempatnya sendiri. Dimana luka terletak lebih dalam, dan rasa perih terasa lebih menyakitkan.
Saat semua orang memiliki jawaban untuk terus hidup dan bahagia di bulan januari, aku justru selalu sibuk bertanya. Ada luka seperti apalagi di bulan ini? Akankah ada kebahagiaan selama tiga puluh hari ke depan? Atau malah ada luka dan kesedihan baru yang sedang menunggu?
Aku kira, januari itu spesial. Tapi tidak, januari justru seperti mimpi buruk. Mimpi buruk yang mau atau tidak, harus tetap aku temui.
Why? kenapa harus januari?
Untuk pertama kalinya kamu menghirup udara dunia.
Untuk pertama kalinya kamu melihat dunia, menatap satu persatu wajah orang-orang di sekitarmu.
Dan, untuk pertama kalinya kamu tahu apa itu takdir, apa itu luka, apa itu kesedihan, dan apa itu kekecewaan.
Tuhan,
Setiap manusia selalu membuat permohonan di tahun baru, di bulan januari.
Tapi, aku tidak memohon apapun seperti mereka. Karena aku tidak mampu melakukannya lagi seperti tahun-tahun sebelumnya.
Aku bisa menghadapi semuanya, tapi tidak dengan kehancuranku.
Dunia ini dan para manusianya sudah terlampau jahat, aku hanya bisa menangis tanpa bisa berkata apapun. Jika memang bahagia itu masih ada, beri satu saja kesempatan untuk aku bisa merasakannya.
Jika satu saja kebahagiaan yang berharga itu masih bisa aku rasakan, tak apa jika mentalku hancur berantakan. Asalkan setelah ini, biarkan aku pulang.
Aku rindu rumah, padahal aku di rumah.
Komentar
Posting Komentar