Broken Home

Aku pernah mendengar seseorang berkata, bahwa dia tidak ingin memberikan luka yang sama kepada anak-anaknya seperti yang dulu pernah ia rasakan. Tapi ternyata, orang itu tidak menepatinya. Seseorang itu malah memberikan luka yang jauh lebih besar, daripada yang pernah ia rasakan dulu. Rasa sakit yang diberikan seorang ayah kepada anaknya, bukan hanya dalam bentuk luka fisik tapi luka batin dan juga mental. Ketika seorang lelaki memutuskan menjadi seorang ayah, seharusnya ia tak hanya berperan sebagai suami yang baik tapi juga seorang ayah yang hebat. Sebab, didunia ini hanya seorang ayah yang dapat melindungi keluarganya. Lalu bagaimana, jika figur seorang ayah tidak ada dalam sebuah keluarga itu? kemana anak-anak itu akan bersandar? kemana anak-anak itu akan memiliki kekuatan untuk melawan jahatnya dunia? kemana anak-anak itu bisa belajar untuk melindungi ibu mereka, saat tidak ada yang mencontohkannya? 

Anak-anak broken home, anak-anak yang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis, mereka adalah anak-anak hebat yang mampu melewati semuanya walaupun diiringi dengan keluh dan kesah. Figur orang tua, itu sangat penting. Tapi tidak setiap orang tua menyadari hal itu. Banyak yang kemudian berperilaku egois, tanpa memperdulikan ada tanggungjawab seorang anak dalam hidup mereka. Perceraian adalah salah satunya, titik hancur dimana seorang anak dimana mereka tak punya rumah lagi yang nyaman untuk pulang. Miris ya, kita yang masih memiliki keluarga utuh kadang masih merasa kurang kasih sayang. Apalagi mereka yang sudah harus dipisahkan oleh keputusan egois orang tuanya. 

Memang, keputusan bercerai bukanlah sebuah keputusan yang mudah untuk diambil. Tapi saat semua itu terjadi, bukankah seharusnya mereka tetap harus rukun? Memang harus karena korban dari semua ini adalah anak-anak yang tidak tahu apa-apa. Mereka yang belum paham tentang dunia, mereka yang belum paham tentang apa itu cinta dan kasih sayang, karena yang mereka pahami hanya satu hal yakni pelukan dan ciuman - bentuk dari cinta yang orang tua mereka berikan. Lantas bagaimana jika suatu saat semua itu hilang, keduanya? atau hanya salah satunya? HANCUR! namun anak-anak mana yang akan berisik menyuarakan rasa sakit itu? tidak ada. Mereka hanya diam, tetap menangis dan tersenyum, tertawa, dan bahagia seperti biasa karena itulah hakikatnya mereka. Namun, suatu saat ketika mereka beranjak dewasa perasaan-perasaan itu pasti akan perlahan berubah. Akan mulai timbul rasa sakit, mulai timbul rasa iri, dan mulai timbul rasa benci. Kenapa itu bisa terjadi? saat para orang tua itu egois. Mereka lupa dengan anak-anak mereka, mereka lupa membahagiakannya, dan mereka lupa perannya sebagai seorang ayah dan ibu untuk anak-anaknya. 

Dunia ini rancu, saat kita tidak bisa membedakan mana yang harus diperjuangkan dengan apa yang ada didepan mata kita. Jika keputusan kita hari ini berdiri diatas tangisan orang lain, maka dengarkan hukum alam yang akan berlaku. Tabur tuai itu nyata, sekali kita menghancurkan mimpi orang lain, mimpi indah kita juga pasti akan hancur. 

Komentar

Postingan Populer